Jumat, 27 Maret 2020

TULIS, SUNTING, TERBITKAN: DARI KORAN HINGGA BUKU BELAJAR BERSAMA MUCH KHOIRI





Mereka yang komitmennya kuat saja yang akhirnya kuat
menghadapi berbagai cobaan dan kendala.



Pemateri hari ini seorang trainer dan perintis 'Jaringan Literasi Indonesia' (Jalindo) yang juga dosen UNESA. Pak Emco begitu ia biasa disapa. Nama lengkapnya Much. Khoiri. Beliau mengawali materi dengan perjalanan hidupnya dalam dunia tulis menulis. “Saya menulis buku baru sejak tahun 2011, meski saya menulis di media massa sejak thn 1986/1987, yakni ketika saya kuliah semester 3. Buku pertama adalah antologi cerpen, saya yang editori dan sekaligus salah satu penulis. Judulnya Ndoro, Saya Ingin Bicara. Buku itu diterbitkan oleh penerbit indie. Kemudian, pada tahun berikutnya saya mengerjakan 3-4 buku karena bertepatan pelatihan menulis yang bertajuk Indonesia Menulis di Jatim dengan peserta 276. Tahun berikutnya saya menerbitkan buku mandiri dan antologi, setiap tahun rata-rata 3-5 judul. Baik di penerbit mayor seperti Elex Media Komputindo dan Genius Media serta Unesa University Press, maupun indie semisal Satu kata, Pagan Press, dan sebagainya. Hingga sekarang ada sekitar 42 buku yang sudah diterbitkan, serta belasan buku orang lain yang saya editori hingga terbit.”
Dosen Bahasa Inggris Unesa ini mengaku telah terbiasa menulis setiap hari sejak muda. Saat muda, sekitar akhir tahun 1980 an, beliau menulis sekitar 20 artikel untuk koran. Ada yang unik dari Pak Emco, yaitu kebiasaan beliau tetap berpakaian rapi ketika menulis di rumah. Ketika ditanyakan alasannya, beliau menjawab, “Saya tetap berpakaian cukup rapi, tidak asal, misalnya tidak pakai singlet. untuk apa? Ya karena saya sedang bekerja.”
Ketika muncul pertanyaan dari peserta tentang mana yang lebih mudah menulis artikel untuk buku atau untuk media/koran, Pak Emco menjelaskan bahwa menulis buku sejatinya tidaklah mudah, tapi perlu perjuangan tertentu. Tentu, jika kita menulis buku yang bagus, itu yang sulit. Harus berjuang, membaca yang banyak, merenung, menuangkannya, merevisi, dan seterusnya hingga terbit. Hakikatnya ya lebih mudah menulis artikel di koran, kalau sama-sama dihadapkan dengan mesin terbitnya. Salah.satu alasannya adalah kuantitas. Buku itu jauh lebih banyak jumlah halamannya dibanding artikel. Buku bisa disusun dari artikel yang sudah terbit di koran. Pak Emco menambahkan pengalamannya di waktu muda dulu yang harus berjuang habis-habisan. Masih memakai mesin ketik, belum ada komputer. Bisa dibayangkan, bagaiman repotnya beliau ketika harus menulis 20 artikel per bulan. Dan yang dimuat hanya sekitar 4-5 tulisan.
Jika dibilang menulis ke koran itu sulit, ya karena teras korannya nasional. Itu sama dengan jika kita menembus penerbit mayor nasional, juga sangat sulit. Seorang Much. Khoiri pun pernah ditolak redaktur koran koran-koran nasional dan internasional. Namun, sekarang relatif tidak ditolak, relatif mulus karena sudah tahu apa yang mereka mau. Lalu bagaimana supaya tulisan kita bisa diterima. Kita HARUS mengikuti selera koran, apa itu? Topik aktual. Analitis. Perspektif berbeda atau unik. Bahasanya populer. Pahami "misi" koran tersebut. Ikuti hal-hal teknis yang menjadi ciri koran tersebut,  misalnya jumlah huruf, npwp, ktp, dan sebagainya. Kenali juga siapa pemilik media tersebut, kita bisa meraba apa misinya. Misalnya, ada media milik ormas tertentu, maka misinya ya sejalan dengan ormas tersebut. Contohnya, jika media itu milik aktivis perempuan, misinya ya tentang perjuangan perempuan. Menulislah yang tidak melanggar misi mereka. Biasanya rentang waktu penerbitan dari satu ke lain penerbit minimal 2 tahun. Selain itu, perlu memberi tahu penerbit indie tersebut tentang niat mau ke penerbit mayor. Aturan menulis di koran sekitar 5000-6000 huruf dengan spasi. Untuk bisa masuk koran nasional, harus dimulai dari "terbiasa termuat" di regional. Naik tingkat istilahnya.
Menulis di blog itu bagus sekali. Media untuk unjuk karya, agar bisa rutin atau istikamah menulis setiap hari atau setidaknya seminggu sekali. Jika telah terbiasa, menulis apapun akan lancar. Ya karena menulis itu keterampilan, semakin banyak dilatih, akan semakin fasih atau ahli di dalamnya. Harus dicoba dengan niat dan komitmen yang kuat. Banyak orang berguguran di dalam proses menulis, ya karena kurang kuat niat dan komitmennya. Mereka yang komitmennya kuat saja yang akhirnya kuat menghadapi berbagai cobaan dan kendala. yang penting bukan berapa kali kita jatuh karena berbagai masalah atau kendala, melainkan berapa kali kita bangkit atau bangun lagi utk mengatasi masalah yang ada.
            Suka duka menulis buku hakikatnya juga sama dengan suka dukanya menulis ke media massa. Hanya saja, menulis buku itu sebuah projek besar, jauh lebih besar daripada menulis artikel opini, feature, cerpen atau puisi. Jadi, menulis buku itu risikonya ya lebih besar daripada menulis opini dan sebagainya. Sebaliknya, reward-nya ya jauh lebih besar daripada menulis ke media massa. Semua genre tulisan, itu ada kaidah dasarnya, pasti itu. Menulis opini, ada kaidahnya. Menulis cerpen, ada kaidahnya. Menulis novel, juga ada kaidahnya. Namun, semua kaidah itu akan dikembangkan sendiri oleh penulisnya. Novel itu bentuk panjang dari cerpen atau novelet. Ia laksana mimikri (tiruan) dari kehidupan nyata. Karena itu, novel itu ya harus ada tokoh-tokohnya, alurnya (di dalamnya ada konflik), setting (tempat, waktu, suasana), ironi, simbol, dan sebagainya. Antologi itu sebutan yang tepat utk buku yang disusun oleh beberapa penulis. Artikelnya sejenis book chapter (bab buku) namanya. Sedangkan bunga rampai itu sebutan manis dari himpunan atau kumpulan atau koleksi.
Suka duka menulis menurut Pak Emco, diantaranya dukanya ya dibanting-banting redaktur, ditolak redaksi, berhadapan dengan pekerjaan, mengatur agenda dengan keluarga, dan sebagainya. Sukanya tentu sudah banyak. Ternyata, nenulis itu selain mendatangkan kebahagiaan juga memberi tanbahan uang saku. Terlebih, jika bukunya banyak dan laris. Banyak sukanya yang lain. Saya ke Amerika (1993) dan Hong Kong (1996) ya diberangkatkan oleh dunia menulis saya. Saya juga keliling Indonesia berkat buku-buku dan karya saya. Banyak teman, insayaaalah. Itu otomatis. Bukti nyatanya, dalam bulan ini buku saya akan terbit Virus Emcho, Melintas Batas Ruang Waktu. Itu tulisan dari teman-teman penulis tentang saya, kegiatan, dan buku-buku saya. Buku tersebut menyusul dua buku sejenis yang teebit tahun 2016 dan 2017. Saya memang lebih mengunggulkan sukanya daripada dukanya. Ya, agar teman-teman tidak takut untuk melangkah. “Motivasi positif yang saya dorongkan.”ujarnya mengakhiri pembicaran malam itu.

MUCH KHOIRI

1 komentar:

  1. Numpang promo ya gan
    kami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*

    BalasHapus