Menulis tiga alinea bisa dimulai dari tiga alinea yaitu alinea pembuka,
isi, dan penutup.
Malam ini kami akan belajar tentang tulisan tiga alinea. Materi
disampaikan oleh Omjay. Begini penjelasannya. Sebenarnya menulis itu mudah dan
akan menjadi susah kalau kita tidak melatihnya setiap hari. Menulis tiga alinea
bisa dimulai dari tiga alinea yaitu alinea pembuka, isi dan penutup. Menulis
tiga aline adalah salah satu cara Omjay dalam mengajak guru berlatih menulis
dan terbukti banyak guru yang bisa melakukannya. Mereka yang banyak membaca
pasti bisa menulis dan tidak akan pernah kehabisan ide dalam menulis.
Menulis tiga alinea juga ada yang berwujud pentigraf.
Pentigraf adalah akronim dari cerpen tiga paragraf (alinea). Bukan sembarang
tiga paragraf yang datar, melainkan ada kesimpulan di akhirnya, bahkan dibumbui
dengan akhir yang manis atau menyedihkan. Menurut DR. Tengsoe Tjahjono,
penggagas pentigraf, yang kemudian disebut sebagai Presiden Kampung Pentigraf
Indonesia, cerpen tiga paragraf ini merupakan cerita yang utuh. Menurut beliau, pentigraf termasuk fiksi mini
yang hanya dibatasi 3 paragraf.
Ciri-cirinya:
1. Panjang tulisan adalah 3 paragraf
2. Satu paragraf hanya memiliki satu gagasan pokok.
3. Secara teknis penulisan di komputer: satu paragraf satu kali ENTER.
Sebagai cerpen, pentigraf memiliki ciri-ciri narasi, yaitu:
A. Alur (ada konfliknya)
B. Tokoh (yang menggerakkan alur)
C. Topik (persoalan yg dialami tokoh)
D. Latar (waktu, tempat, dan suasana)
PROSES KREATIF
Ide bisa diperoleh dari mana saja, terlebih dari
pengalaman pribadi. Ide tersebut tidak dituangkan mentah-mentah seperti curahan
hati atau menulis berita. Ide dikelola menjadi sebuah cerita baru yang menarik
dalam kemasan dan bahasanya. Pentigraf boleh diawali dengan memunculkan konflik
atau solusi atau pengenalan karakter tokoh. Endingnya pun beraneka macam. Ada
yang membahagiakan,menyedihkan, ada pula twist atau memberikan kejutan. Dialog
dalam pentigraf diminimalkan, diubah dalam bentuk narasi atau deskripsi. Namun,
dialog diperlukan juga sebagai bumbu agar cerita tidak hambar sebagai kejutan
tak terduga bagi pembaca.
Menurut Dr. Tengsoe, paragraf jangan terlalu panjang
dan jangan terlalu banyak percakapan. Dalam paragraf maksimal hanya satu
kalimat langsung. Panjang pentigraf sekitar 210 kata. Kalimat langsung pada
paragraf kedua cukup satu saja. Intinya, jangan panjang-panjang, ringkas saja.Yang
perlu diperhatikan dalam menulis pentigraf adalah keringkasan. Anda mungkin
bisa berpanjang-panjang kata untuk menyampaikan sebuah cerita. Namun, dalam flash fiction termasuk pentigraf Anda
mencoba meringkas sebuah cerita ke dalam sebuah kotak kecil yang imut dan
menarik hati. Ibarat Anda harus menuturkan sebuah kejadian ketika pulsa telepon
Anda tinggal beberapa rupiah saja.
STRUKTUR CERITA
Struktur sebuah pentigraf adalah permulaan, tengah,
dan penutup. Setiap bagian ini isilah dengan pembeda. Kisah harus terus
bergerak maju lengkap dengan konfilk dan resolusi.
Paragraf kedua berisi alur, di dalamnya konflik yang dialami tokohnya.
Hanya ada satu kalimat langsung. Dialog lainnya dinarasikan saja. Paragraf ketiga
berupa resolusi atau kesimpulan. Ada twist di akhir kisah. Ini bumbu rahasia
Anda. Di paragraf terakhir buatlah kesimpulan yang menarik dan berkesan
sehingga mudah diingat oleh pembaca. Ada twist atau kejutan di akhir kisah,
inilah bumbu rahasia Anda. Ada kejutan yang tidak terduga. Hal ini bisa membuat
orang ingin membaca lagi dari awal.
Saya dapat tips dari guru pentigraf saya, Queen Erni seperti ini
Tata Cara Menulis Dialog yang Benar
1. Penggunaan tanda titik di akhir dialog
Contoh salah : “Aku yakin dia pemenangnya”.
Contoh benar : “Aku yakin dia pemenangnya.”
2. Tanda baca ditempatkan sebelum tanda kutip di akhir dialog.
Apabila diiringi narasi, maka ketentuannya seperti ini :
Contoh salah : “Dia memang sangat berbakat.” menatap Bayu kagum.
Contoh benar : “Dia memang sangat berbakat.” Menatap Bayu kagum.
Apa yang membedakannya? Huruf awal narasi. Yap.
Huruf awal narasi harus di dahului oleh kapital.
3. Jika narasinya berada di awal, maka ketentuannya seperti ini :
Contoh salah : Andi tersenyum, “Kamu adalah sahabat terbaik.”
Contoh benar : Andi tersenyum. “Kamu adalah sahabat terbaik.”
Perbedaannya apa?
Penggunaan tanda baca. Yup! Yang …
CONTOH PENTIGRAF 1
Kenapa Saya Bertahan Naik Ojek Saat Berangkat Sekolah?
Ada mobil jemputan sekolah, kenapa saya malah memilih naik ojek?
Pertanyaan itu tidak hanya sekali saya dengar. Bahkan, beberapa teman dan guru
pernah bertanya soal itu kepada saya. Tapi, saya tetap bergeming. Naik ojek
pulang dan pergi ke sekolah adalah pilihan terbaik.
Naik ojek itu tidak harus bangun pagi karena penumpang yang diantar hanya
saya sendiri, tidak harus putar-putar jemput penumpang lain. Tempat duduk juga
lega karena bangku penumpang untuk saya seorang. Naik ojek juga luwes menerobos
kemacetan. Pulang sekolah lebih enak lagi, saya ditunggui seperti punya sopir
pribadi karena saya langganan ojek.
Saya tidak bosan naik ojek, bahkan saya sudah melakoni naik ojek sejak …
Pentigraf tersebut sangat simpel. Kata-katanya mudah
dipahami anak-anak. Jelas, itu fiksi alias sekadar cerita rekaan. Meskipun
demikian, anak-anak suka dengan cerita itu. Lantas, apa rahasianya cerpen tiga
paragraf itu disukai? Ada bumbu rahasianya. Tengok paragraf pertama. Yakinkan
bahwa bagian itu harus menarik, bikin penasaran, sampaikan problem atau topik. Tengok
paragraf kedua. Pada bagian ini sampaikan argumen. Pilih argumen yang kuat,
tidak klise, dan pakai kalimat pendek-pendek. Karakter tokoh bisa terbaca pada
bagian ini. Tengok juga paragraf ketiga. Pilih kalimat kesimpulan yang paling
berkesan. Berusahalah memasukkan twist hingga pembaca terkesima atau malah
tertawa. Cocok ya cerita itu untuk anak SD-SMP? Nah, bagaimana untuk anak
SMA/SMK?
Ini contoh pentigraf dari Pak Taufik Sudjana.
CONTOH PENTIGRAF
LAMPU MERAH JAMBU DUA
Taufiq Sudjana
Lampu merah menghentikan semua kendaraan. Di simpang empat Jambu Dua,
hujan masih belum reda. Tiba di sampingku seorang bocah basah kuyup
menengadahkan tangan.
“Kamu sekolah di mana?” Sambil merogoh saku jaket, aku tanya bocah yang
menghampiriku.
Bocah itu lari seketika bersama sekelompok orang yang berhamburan. Nampak
di antara mereka yang mengacungkan clurit, samurai, dan ada yang memutar rantai
berbandul gir. Apakah ini jawaban pertanyaanku tadi? Dia bersekolah di jalanan
yang mengajarkan kekerasan dan tawuran.
Buitenzorg, 21 Januari 2020
Singkat bukan? Tapi endingnya "nendang".
Butuh latihan untuk bisa menulis seperti ini.
Kalau untuk orang dewasa bagaimana? Hm...saya carikan contoh lain ya.
MENEBANG POHON ARA
Siwi Dwi Saputra
"Aku nggak tahu harus bagaimana, Mbak," katanya terisak.
Perempuan cantik itu bercerita tentang perkawinannya yang sedang diterpa badai.
Secara tak sengaja dia mendapati bukti-bukti suaminya berselingkuh.
Pada suatu ketika, suaminya pamit pergi ke luar kota untuk urusan dinas.
Sebagai istri yang baik dia percaya sepenuhnya. Sampai akhirnya tiga bulan
kemudian, dia mendapati nota pembayaran di sebuah hotel di kota Y pada tanggal
suaminya berkata dinas ke kota X. Dia limbung. Tak percaya.
"Haruskah aku meminta cerai?" tanyanya padaku.
Sebagai orang luar aku hanya bisa memberikan nasehat yang kuanggap bijak.
Kuminta dia bersabar, memperbaiki dulu keadaan dan tunggu beberapa waktu.
Rajin-rajinlah menyiangi, menyirami dan m…
Tema Perselingkuhan pada hidup perkawinan dewasa ini sungguh menjadi
bayang-bayang menakutkan bagi kelanggengan hidup berumah tangga. Perselingkuhan
selalu berakhir pada kehancuran mahligai suci tersebut.Yang menarik dari pentigraf ini justru nasihat yang
diberikan ‘aku’ kepada tokoh perempuan yang mengetahui bahwa suaminya telah
melakukan perselingkuhan. “Jangan tebang
dulu pohon aranya!” Begitu nasihat yang diberikan. Mengapa? ‘Aku’ meminta
perempuan itu melakukan sesuatu, yaitu menyiangi, menyirami, dan memupuk, untuk
mengetahui apakah pohon ara itu bisa berbuah. Ini mungkin merupakan nasihat
bijak yang ideal yang tidak mudah dituruti oleh si perempuan. Dalam kondisi
seperti itu pengampunan akan sangat sulit dilaksanakan.
Oleh karena itu pentigraf ini sengaja diakhiri dengan
pola terbuka. Endingnya diserahkan kepada pembaca. Beranikah perempuan itu
membiarkan pohon ara itu tumbuh, atau malah menebang dan membakarnya? Pembaca
pun diajak memberikan jawaban sesuai dengan pandangan masing-masing. Ending
seperti itu menjadi daya pikat lain dari pentigraf ini.
NARASUMBER: BAPAK
WIJAYA KUSUMAH