Selasa, 31 Maret 2020

TULISAN TIGA ALINEA





Menulis tiga alinea bisa dimulai dari tiga alinea yaitu alinea pembuka, isi, dan penutup.


Malam ini kami akan belajar  tentang tulisan tiga alinea. Materi disampaikan oleh Omjay. Begini penjelasannya. Sebenarnya menulis itu mudah dan akan menjadi susah kalau kita tidak melatihnya setiap hari. Menulis tiga alinea bisa dimulai dari tiga alinea yaitu alinea pembuka, isi dan penutup. Menulis tiga aline adalah salah satu cara Omjay dalam mengajak guru berlatih menulis dan terbukti banyak guru yang bisa melakukannya. Mereka yang banyak membaca pasti bisa menulis dan tidak akan pernah kehabisan ide dalam menulis.
Menulis tiga alinea juga ada yang berwujud pentigraf. Pentigraf adalah akronim dari cerpen tiga paragraf (alinea). Bukan sembarang tiga paragraf yang datar, melainkan ada kesimpulan di akhirnya, bahkan dibumbui dengan akhir yang manis atau menyedihkan. Menurut DR. Tengsoe Tjahjono, penggagas pentigraf, yang kemudian disebut sebagai Presiden Kampung Pentigraf Indonesia, cerpen tiga paragraf ini merupakan cerita yang utuh.  Menurut beliau, pentigraf termasuk fiksi mini yang hanya dibatasi 3 paragraf.
Ciri-cirinya:
1. Panjang tulisan adalah 3 paragraf
2. Satu paragraf hanya memiliki satu gagasan pokok.
3. Secara teknis penulisan di komputer: satu paragraf satu kali ENTER.

Sebagai cerpen, pentigraf memiliki ciri-ciri narasi, yaitu:
A. Alur (ada konfliknya)
B. Tokoh (yang menggerakkan alur)
C. Topik (persoalan yg dialami tokoh)
D. Latar (waktu, tempat, dan suasana)

PROSES KREATIF
Ide bisa diperoleh dari mana saja, terlebih dari pengalaman pribadi. Ide tersebut tidak dituangkan mentah-mentah seperti curahan hati atau menulis berita. Ide dikelola menjadi sebuah cerita baru yang menarik dalam kemasan dan bahasanya. Pentigraf boleh diawali dengan memunculkan konflik atau solusi atau pengenalan karakter tokoh. Endingnya pun beraneka macam. Ada yang membahagiakan,menyedihkan, ada pula twist atau memberikan kejutan. Dialog dalam pentigraf diminimalkan, diubah dalam bentuk narasi atau deskripsi. Namun, dialog diperlukan juga sebagai bumbu agar cerita tidak hambar sebagai kejutan tak terduga bagi pembaca.
Menurut Dr. Tengsoe, paragraf jangan terlalu panjang dan jangan terlalu banyak percakapan. Dalam paragraf maksimal hanya satu kalimat langsung. Panjang pentigraf sekitar 210 kata. Kalimat langsung pada paragraf kedua cukup satu saja. Intinya, jangan panjang-panjang, ringkas saja.Yang perlu diperhatikan dalam menulis pentigraf adalah keringkasan. Anda mungkin bisa berpanjang-panjang kata untuk menyampaikan sebuah cerita. Namun, dalam flash fiction termasuk pentigraf Anda mencoba meringkas sebuah cerita ke dalam sebuah kotak kecil yang imut dan menarik hati. Ibarat Anda harus menuturkan sebuah kejadian ketika pulsa telepon Anda tinggal beberapa rupiah saja.

STRUKTUR CERITA
Struktur sebuah pentigraf adalah permulaan, tengah, dan penutup. Setiap bagian ini isilah dengan pembeda. Kisah harus terus bergerak maju lengkap dengan konfilk dan resolusi.
Paragraf kedua berisi alur, di dalamnya konflik yang dialami tokohnya. Hanya ada satu kalimat langsung. Dialog lainnya dinarasikan saja. Paragraf ketiga berupa resolusi atau kesimpulan. Ada twist di akhir kisah. Ini bumbu rahasia Anda. Di paragraf terakhir buatlah kesimpulan yang menarik dan berkesan sehingga mudah diingat oleh pembaca. Ada twist atau kejutan di akhir kisah, inilah bumbu rahasia Anda. Ada kejutan yang tidak terduga. Hal ini bisa membuat orang ingin membaca lagi dari awal.
Saya dapat tips dari guru pentigraf saya, Queen Erni seperti ini
Tata Cara Menulis Dialog yang Benar
1. Penggunaan tanda titik di akhir dialog
Contoh salah : “Aku yakin dia pemenangnya”.
Contoh benar : “Aku yakin dia pemenangnya.”
2. Tanda baca ditempatkan sebelum tanda kutip di akhir dialog.
Apabila diiringi narasi, maka ketentuannya seperti ini :
Contoh salah : “Dia memang sangat berbakat.” menatap Bayu kagum.
Contoh benar : “Dia memang sangat berbakat.” Menatap Bayu kagum.
Apa yang membedakannya? Huruf awal narasi. Yap.
Huruf awal narasi harus di dahului oleh kapital.
3. Jika narasinya berada di awal, maka ketentuannya seperti ini :
Contoh salah : Andi tersenyum, “Kamu adalah sahabat terbaik.”
Contoh benar : Andi tersenyum. “Kamu adalah sahabat terbaik.”
Perbedaannya apa?
Penggunaan tanda baca. Yup! Yang …

CONTOH PENTIGRAF 1
Kenapa Saya Bertahan Naik Ojek Saat Berangkat Sekolah?

Ada mobil jemputan sekolah, kenapa saya malah memilih naik ojek? Pertanyaan itu tidak hanya sekali saya dengar. Bahkan, beberapa teman dan guru pernah bertanya soal itu kepada saya. Tapi, saya tetap bergeming. Naik ojek pulang dan pergi ke sekolah adalah pilihan terbaik.

Naik ojek itu tidak harus bangun pagi karena penumpang yang diantar hanya saya sendiri, tidak harus putar-putar jemput penumpang lain. Tempat duduk juga lega karena bangku penumpang untuk saya seorang. Naik ojek juga luwes menerobos kemacetan. Pulang sekolah lebih enak lagi, saya ditunggui seperti punya sopir pribadi karena saya langganan ojek.

Saya tidak bosan naik ojek, bahkan saya sudah melakoni naik ojek sejak …

Pentigraf tersebut sangat simpel. Kata-katanya mudah dipahami anak-anak. Jelas, itu fiksi alias sekadar cerita rekaan. Meskipun demikian, anak-anak suka dengan cerita itu. Lantas, apa rahasianya cerpen tiga paragraf itu disukai? Ada bumbu rahasianya. Tengok paragraf pertama. Yakinkan bahwa bagian itu harus menarik, bikin penasaran, sampaikan problem atau topik. Tengok paragraf kedua. Pada bagian ini sampaikan argumen. Pilih argumen yang kuat, tidak klise, dan pakai kalimat pendek-pendek. Karakter tokoh bisa terbaca pada bagian ini. Tengok juga paragraf ketiga. Pilih kalimat kesimpulan yang paling berkesan. Berusahalah memasukkan twist hingga pembaca terkesima atau malah tertawa. Cocok ya cerita itu untuk anak SD-SMP? Nah, bagaimana untuk anak SMA/SMK?

Ini contoh pentigraf dari Pak Taufik Sudjana.
CONTOH PENTIGRAF
LAMPU MERAH JAMBU DUA
Taufiq Sudjana

Lampu merah menghentikan semua kendaraan. Di simpang empat Jambu Dua, hujan masih belum reda. Tiba di sampingku seorang bocah basah kuyup menengadahkan tangan.

“Kamu sekolah di mana?” Sambil merogoh saku jaket, aku tanya bocah yang menghampiriku.

Bocah itu lari seketika bersama sekelompok orang yang berhamburan. Nampak di antara mereka yang mengacungkan clurit, samurai, dan ada yang memutar rantai berbandul gir. Apakah ini jawaban pertanyaanku tadi? Dia bersekolah di jalanan yang mengajarkan kekerasan dan tawuran.
Buitenzorg, 21 Januari 2020

Singkat bukan? Tapi endingnya "nendang". Butuh latihan untuk bisa menulis seperti ini.
Kalau untuk orang dewasa bagaimana? Hm...saya carikan contoh lain ya.

MENEBANG POHON ARA
Siwi Dwi Saputra

"Aku nggak tahu harus bagaimana, Mbak," katanya terisak. Perempuan cantik itu bercerita tentang perkawinannya yang sedang diterpa badai. Secara tak sengaja dia mendapati bukti-bukti suaminya berselingkuh.

Pada suatu ketika, suaminya pamit pergi ke luar kota untuk urusan dinas. Sebagai istri yang baik dia percaya sepenuhnya. Sampai akhirnya tiga bulan kemudian, dia mendapati nota pembayaran di sebuah hotel di kota Y pada tanggal suaminya berkata dinas ke kota X. Dia limbung. Tak percaya.
"Haruskah aku meminta cerai?" tanyanya padaku.

Sebagai orang luar aku hanya bisa memberikan nasehat yang kuanggap bijak. Kuminta dia bersabar, memperbaiki dulu keadaan dan tunggu beberapa waktu. Rajin-rajinlah menyiangi, menyirami dan m…
         
Tema Perselingkuhan pada hidup perkawinan dewasa ini sungguh menjadi bayang-bayang menakutkan bagi kelanggengan hidup berumah tangga. Perselingkuhan selalu berakhir pada kehancuran mahligai suci tersebut.Yang menarik dari pentigraf ini justru nasihat yang diberikan ‘aku’ kepada tokoh perempuan yang mengetahui bahwa suaminya telah melakukan perselingkuhan.  “Jangan tebang dulu pohon aranya!” Begitu nasihat yang diberikan. Mengapa? ‘Aku’ meminta perempuan itu melakukan sesuatu, yaitu menyiangi, menyirami, dan memupuk, untuk mengetahui apakah pohon ara itu bisa berbuah. Ini mungkin merupakan nasihat bijak yang ideal yang tidak mudah dituruti oleh si perempuan. Dalam kondisi seperti itu pengampunan akan sangat sulit dilaksanakan.
Oleh karena itu pentigraf ini sengaja diakhiri dengan pola terbuka. Endingnya diserahkan kepada pembaca. Beranikah perempuan itu membiarkan pohon ara itu tumbuh, atau malah menebang dan membakarnya? Pembaca pun diajak memberikan jawaban sesuai dengan pandangan masing-masing. Ending seperti itu menjadi daya pikat lain dari pentigraf ini.

NARASUMBER: BAPAK WIJAYA KUSUMAH

KEINGINAN ADALAH DOA




Sesuatu itu bisa bermula dari mimpi yang merupakan keinginan kata hati,
namun harus pula ada upaya untuk meraihnya.


Pemateri malam ini adalah Bapak Yoyon Supriyono, salah satu kepala sekolah berprestasi di kota Indramayu. Beliau akan menyampaikan materi tentang belajar di luar negeri. Kebetulan beliau berkesempatan belajar di Australia. Menurut Pak Yoyon, ketika kita pergi ke luar negeri ada berbagai macam tujuan baik sekadar berwisata atau belajar. Yang membedakan diantaranya ada yang biaya sendiri dan ada juga yang gratis. Jika mau yang gratis, yang pertama marilah kita bermimpi. Berkhayal ke luar negeri. Ketika di hati kita ada suatu keinginan, itu sama saja dengan doa. Jadi, saat ada keinginan kita berkhayal sambil bermohon kepada Tuhan. Nah yang kedua, kita ikhtiar Dengan mencari program-program beasiswa atau sejenisnya. Jangan lupa mempersiapkan diri dengan kompetensi yang diperlukan. Misal, penguasaan bahasa asing terutama bahasa Inggris. Boleh lewat kursus atau otodidak. Biasanya salah satu syaratnya adalah TOEFL. “
"Kalau saya dulu bermodal aktif di MGMP, kebetulan ada program guru-guru Jawa Barat untuk study manajement pendidikan ke Adelaide. Salah satu syaratnya punya SK Pengurus MGMP boleh mendaftar dan ikut seleksi. Syarat lain waktu itu juara guru berprestasi. Yang lolos seleksi itulah yang bisa ke luar negeri. Bapak Ibu juga bisa mencari kesempatan melalui program beasiswa yang ditawarkan oleh kedutaan-kedutaan. Materi yang diberikan kepada peserta adalah pengenalan sistem pendidikan di sana (Australia). Selain itu juga ada kunjungan ke sekolah-sekolah sebagai perbandingan. Menurut Pak Yoyon, perbedaan pendidikan di Indonesia dengan di Aussie adalah di Indonesia siswa terlalu banyak dibebani mata pelajaran. Di Ausse sejak dini siswa sudah diarahkan ke minat dan kebutuhan job di wilayah tertentu. Sekolah di Australia dibangun sesuai kebutuhan lapangan kerja. Di sekolah yang saya kunjungi ada banyak ruang praktik dengan sarana lengkap sesuai jurusan masing-masing." ujar Pak Yoyon panjang lebar. 
Sesuatu itu bisa bermula dari mimpi yang merupakan keinginan kata hati, namun harus pula ada upaya untuk meraihnya. Di samping itu, jangan lupa berdoa walau kapan itu dikabulnya. Sebuah pengalaman bisa menjadi pelajaran berharga yang bisa kita contoh hal baiknya.

NARASUMBER: BAPAK YOYON SUPRIYONO

Jumat, 27 Maret 2020

BELAJAR DARI CHINA LEWAT KACAMATA OM JAY







Menulislah setiap hari karena kisahmu inspirasi bagi orang lain.



Belajar menulis bersama Om Jay kali ini akan membahas pengalaman beliau saat berada di China dalam program “Guru Indonesia Agen Perubahan”. Mari kita simak cerita seru Om Jay selama berada di negeri tirai bambu. Belajar di negara China pada tahun 2019 memberikan kesan tersendiri bagi saya. Bahkan pengalaman tersebut sudah saya tulis dalam bentuk buku. Secara garis besar, pembelajaran di China sangat baik. Di sana, setiap guru memiliki kemampuan yang baik dalam mengajar. Selama dua jam pelajaran di kelas, mereka tidak duduk dan melayani siswanya dengan baik. Padahal satu kelas jumlahnya 50 orang. Bahkan yang saya salut, ada seorang guru SMA perempuan bisa mengajar tiga sekolah sekaligus dalam pembelajaran IPA secara online. Guru yang bersangkutan menggunakan video skype ke sekolah lainnya. Jadi, guru tersebut mengajar dalam waktu yang bersamaan di tiga sekolah yang berbeda. Ini keren banget dan peserta dari Indonesia menyaksikan secara langsung. Apakah efektif? sangat efektif sekali dan itulah yang membuat kami berdecak kagum, sebab kalau diterapkan di negara kita, agak sulit. Selama di China, Om Jay juga sempat belajar menulis kaligrafi china bersama seorang guru besar China yang masih sangat muda, di usianya yang belum 30 tahun sudah Profesor dan enak cara mengajarnya. Kami langsung belajar kaligrafi China dan senang sekali waktu itu karena belajar dari pakarnya langsung di kampus CUMT.
Jadi, kesimpulannya adalah bila Anda menulis setiap hari, maka banyak kisah-kisah yang menginspirasi dibaca oleh orang lain. Apalagi bila Anda menuliskannya di blog. Kejadian setahun lalu masih terdokumentasikan dengan baik. Beda kalau kita hanya menulis di facebook. Saat kita butuh sulit untuk mencarinya kembali dalam waktu cepat. Blog adalah alat rekam yang ajaib dan keajaibannya akan Anda dapatkan seiring dengan lamanya Anda menulis online di blog pribadi.

Narasumber: Bapak Wijaya Kusumah

TULIS, SUNTING, TERBITKAN: DARI KORAN HINGGA BUKU BELAJAR BERSAMA MUCH KHOIRI





Mereka yang komitmennya kuat saja yang akhirnya kuat
menghadapi berbagai cobaan dan kendala.



Pemateri hari ini seorang trainer dan perintis 'Jaringan Literasi Indonesia' (Jalindo) yang juga dosen UNESA. Pak Emco begitu ia biasa disapa. Nama lengkapnya Much. Khoiri. Beliau mengawali materi dengan perjalanan hidupnya dalam dunia tulis menulis. “Saya menulis buku baru sejak tahun 2011, meski saya menulis di media massa sejak thn 1986/1987, yakni ketika saya kuliah semester 3. Buku pertama adalah antologi cerpen, saya yang editori dan sekaligus salah satu penulis. Judulnya Ndoro, Saya Ingin Bicara. Buku itu diterbitkan oleh penerbit indie. Kemudian, pada tahun berikutnya saya mengerjakan 3-4 buku karena bertepatan pelatihan menulis yang bertajuk Indonesia Menulis di Jatim dengan peserta 276. Tahun berikutnya saya menerbitkan buku mandiri dan antologi, setiap tahun rata-rata 3-5 judul. Baik di penerbit mayor seperti Elex Media Komputindo dan Genius Media serta Unesa University Press, maupun indie semisal Satu kata, Pagan Press, dan sebagainya. Hingga sekarang ada sekitar 42 buku yang sudah diterbitkan, serta belasan buku orang lain yang saya editori hingga terbit.”
Dosen Bahasa Inggris Unesa ini mengaku telah terbiasa menulis setiap hari sejak muda. Saat muda, sekitar akhir tahun 1980 an, beliau menulis sekitar 20 artikel untuk koran. Ada yang unik dari Pak Emco, yaitu kebiasaan beliau tetap berpakaian rapi ketika menulis di rumah. Ketika ditanyakan alasannya, beliau menjawab, “Saya tetap berpakaian cukup rapi, tidak asal, misalnya tidak pakai singlet. untuk apa? Ya karena saya sedang bekerja.”
Ketika muncul pertanyaan dari peserta tentang mana yang lebih mudah menulis artikel untuk buku atau untuk media/koran, Pak Emco menjelaskan bahwa menulis buku sejatinya tidaklah mudah, tapi perlu perjuangan tertentu. Tentu, jika kita menulis buku yang bagus, itu yang sulit. Harus berjuang, membaca yang banyak, merenung, menuangkannya, merevisi, dan seterusnya hingga terbit. Hakikatnya ya lebih mudah menulis artikel di koran, kalau sama-sama dihadapkan dengan mesin terbitnya. Salah.satu alasannya adalah kuantitas. Buku itu jauh lebih banyak jumlah halamannya dibanding artikel. Buku bisa disusun dari artikel yang sudah terbit di koran. Pak Emco menambahkan pengalamannya di waktu muda dulu yang harus berjuang habis-habisan. Masih memakai mesin ketik, belum ada komputer. Bisa dibayangkan, bagaiman repotnya beliau ketika harus menulis 20 artikel per bulan. Dan yang dimuat hanya sekitar 4-5 tulisan.
Jika dibilang menulis ke koran itu sulit, ya karena teras korannya nasional. Itu sama dengan jika kita menembus penerbit mayor nasional, juga sangat sulit. Seorang Much. Khoiri pun pernah ditolak redaktur koran koran-koran nasional dan internasional. Namun, sekarang relatif tidak ditolak, relatif mulus karena sudah tahu apa yang mereka mau. Lalu bagaimana supaya tulisan kita bisa diterima. Kita HARUS mengikuti selera koran, apa itu? Topik aktual. Analitis. Perspektif berbeda atau unik. Bahasanya populer. Pahami "misi" koran tersebut. Ikuti hal-hal teknis yang menjadi ciri koran tersebut,  misalnya jumlah huruf, npwp, ktp, dan sebagainya. Kenali juga siapa pemilik media tersebut, kita bisa meraba apa misinya. Misalnya, ada media milik ormas tertentu, maka misinya ya sejalan dengan ormas tersebut. Contohnya, jika media itu milik aktivis perempuan, misinya ya tentang perjuangan perempuan. Menulislah yang tidak melanggar misi mereka. Biasanya rentang waktu penerbitan dari satu ke lain penerbit minimal 2 tahun. Selain itu, perlu memberi tahu penerbit indie tersebut tentang niat mau ke penerbit mayor. Aturan menulis di koran sekitar 5000-6000 huruf dengan spasi. Untuk bisa masuk koran nasional, harus dimulai dari "terbiasa termuat" di regional. Naik tingkat istilahnya.
Menulis di blog itu bagus sekali. Media untuk unjuk karya, agar bisa rutin atau istikamah menulis setiap hari atau setidaknya seminggu sekali. Jika telah terbiasa, menulis apapun akan lancar. Ya karena menulis itu keterampilan, semakin banyak dilatih, akan semakin fasih atau ahli di dalamnya. Harus dicoba dengan niat dan komitmen yang kuat. Banyak orang berguguran di dalam proses menulis, ya karena kurang kuat niat dan komitmennya. Mereka yang komitmennya kuat saja yang akhirnya kuat menghadapi berbagai cobaan dan kendala. yang penting bukan berapa kali kita jatuh karena berbagai masalah atau kendala, melainkan berapa kali kita bangkit atau bangun lagi utk mengatasi masalah yang ada.
            Suka duka menulis buku hakikatnya juga sama dengan suka dukanya menulis ke media massa. Hanya saja, menulis buku itu sebuah projek besar, jauh lebih besar daripada menulis artikel opini, feature, cerpen atau puisi. Jadi, menulis buku itu risikonya ya lebih besar daripada menulis opini dan sebagainya. Sebaliknya, reward-nya ya jauh lebih besar daripada menulis ke media massa. Semua genre tulisan, itu ada kaidah dasarnya, pasti itu. Menulis opini, ada kaidahnya. Menulis cerpen, ada kaidahnya. Menulis novel, juga ada kaidahnya. Namun, semua kaidah itu akan dikembangkan sendiri oleh penulisnya. Novel itu bentuk panjang dari cerpen atau novelet. Ia laksana mimikri (tiruan) dari kehidupan nyata. Karena itu, novel itu ya harus ada tokoh-tokohnya, alurnya (di dalamnya ada konflik), setting (tempat, waktu, suasana), ironi, simbol, dan sebagainya. Antologi itu sebutan yang tepat utk buku yang disusun oleh beberapa penulis. Artikelnya sejenis book chapter (bab buku) namanya. Sedangkan bunga rampai itu sebutan manis dari himpunan atau kumpulan atau koleksi.
Suka duka menulis menurut Pak Emco, diantaranya dukanya ya dibanting-banting redaktur, ditolak redaksi, berhadapan dengan pekerjaan, mengatur agenda dengan keluarga, dan sebagainya. Sukanya tentu sudah banyak. Ternyata, nenulis itu selain mendatangkan kebahagiaan juga memberi tanbahan uang saku. Terlebih, jika bukunya banyak dan laris. Banyak sukanya yang lain. Saya ke Amerika (1993) dan Hong Kong (1996) ya diberangkatkan oleh dunia menulis saya. Saya juga keliling Indonesia berkat buku-buku dan karya saya. Banyak teman, insayaaalah. Itu otomatis. Bukti nyatanya, dalam bulan ini buku saya akan terbit Virus Emcho, Melintas Batas Ruang Waktu. Itu tulisan dari teman-teman penulis tentang saya, kegiatan, dan buku-buku saya. Buku tersebut menyusul dua buku sejenis yang teebit tahun 2016 dan 2017. Saya memang lebih mengunggulkan sukanya daripada dukanya. Ya, agar teman-teman tidak takut untuk melangkah. “Motivasi positif yang saya dorongkan.”ujarnya mengakhiri pembicaran malam itu.

MUCH KHOIRI

PEMBELAJARAN DARING, WHY NOT?





Pembelajaran daring fokusnya di karya bukan teori


Pandemi COVID 19 telah mengubah kegiatan pembelajaran di Indonesia. Kegiatan belajar mengajar yang awalnya selalu dilakukan dengan bertatap muka telah diubah menjadi sistem pembelajaran dalam jaringan atau yang dikenal dengan daring. Faktanya, system daring belum berjalan sesuai yang diharapkan. Ada beberapa kendala yang terjadi di lapangan, diantaranya guru yang belum siap dengan penggunaan teknologi, belum seluruh siswa memiliki HP dan paket data, terutama siswa di pelosok. Dalam kegiatan semalam, diskusi pun kami lakukan bersama Bapak Indra Charismiadji seorang pemerhati dan praktisi pendidikan dengan spesialisasi Pembelajaran Abad 21 atau Edukasi 4.0.
Dalam diskusi tersebut Bapak Indra menyampaikan bahwa sekolah harus mengenal pemilihan aplikasi yang baik untuk sekolah. Ketika banyak aplikasi yang ditawarkan, mana yang harus dipilih guru? Menurut beliau, aplikasi bukanlah yang utama tapi tujuan yang mau dicapai harus diutamakan. Aplikasi hanya alat atau kendaraan mencapai tujuan tersebut. Pada dasarnya guru bebas memilih. Tapi hendaknya tiap sekolah harus memiliki setidaknya satu platform. Dalam diskusi tersebut, Pak Indra mengenalkan aplikasi Flipped, yaitu inovasi pembelajaran dimana peserta didik mempelajari konten (belajar) di luar kelas atau di rumah secara mandiri, kemudian melakukan diskusi atau active learning di kelas. Alasan dikatakan ‘terbalik’ karena siswa mendengarkan pelajaran dari guru di rumah melalui rekaman video (e.g., YouTube/ Khan Academy/ TED-Ed), kemudian siswa mengerjakan ‘PR’ dan berdiskusi di kelas. Jadi, kegiatan di kelas tidak dihabiskan untuk mendengarkan ceramah guru, tetapi lebih kepada diskusi dan tanya jawab, memperdalam pemahaman tentang apa yang sudah dipelajari di rumah. Jadi, tidak perlu mencari aplikasi mana yang paling baik. Semua aplikasi daring baik asalkan sesuai dengan kebutuhan tujuan pembelajaran guru yang bersangkutan. Kesimpulannya konsep belajar daring bukan tergantung pada aplikasi atau teknologinya tapi tujuannya.

Narasumber Bapak Indra Charismiadji

MERDEKA BELAJAR YANG SESUNGGUHNYA





Seorang peserta dari NTT bertanya kepada saya, "Selamat malam Bapak, sekolah saya di pelosok.  Listrik hanya menyala pada malam hari,.. jaringan internet juga tidak stabil... pembelajaran dalam jaringan mudah-mudahanan bisa kami lakukan jika kondisi listrik sudah 24 jam, atau sinyal internet sudah stabil plus ada bantuan komputer atau minimal tablet lah dari pemerintah, apa yang bisa kami lakukan?



Malam ini kami berdiskusi tentang media pembelajaran daring atau dalam jaringan yang cocok untuk sekolah dan peserta didik kita. Baik sekolah di desa maupun di kota besar. Om Jay mengawali diskusi kami dengan sebuah ilustrasi
Seorang peserta dari NTT bertanya kepada saya, "Selamat malam Bapak, sekolah saya di pelosok.  Listrik hanya menyala pada malam hari,.. jaringan internet juga tidak stabil... pembelajaran dalam jaringan mudah-mudahanan bisa kami lakukan jika kondisi listrik sudah 24 jam, atau sinyal internet sudah stabil plus ada bantuan komputer atau minimal tablet lah dari pemerintah, apa yang bisa kami lakukan?
Diskusi kami pun berkembang. Peserta dalam WAG berlomba-lomba memberikan jawaban masing-masing, diantaranya
1.    Pake pinisi edubox
2.    Saya akan perjuangkan sarana prasana tersebut ada di daerah saya. Misalnya, listrik melalui PLN atau kementerian ESDM, minimal tenaga surya untuk internet akan diupayakan antena satelit
3.    Gunakan wifi tanpa jaringan internet
4.    Beli genset untuk solusi masalah Listrik
5.    Usul sarpras surya panel, lebih ekonomois, rakit sendiri lihat di youtube
6.    ajukan proposal untuk program CSR ke beberapa perusahaan, ada beberapa yang mau support full tentang peningkatan fasilitas sekolah, bahkan sampai proses penjaminan mutu sekolah
7.    yang saya lakukan mengajukan proposal untuk mohon bantuan kepada pemerintah minimal dinas pendidikkan untuk ikut membantu demi kemajuan pendidikan dan berkualitas.
8.    Temui legislatif dan bicara dengan data berupa proposal usulan kegiatan dan bantuan pendanaan..
9.    Di tempat saya banyak sekolah dan SD, SMP, dan SMA yg tidak terjangkau oleh sinyal internet dan listrik.. Tetapi di tahun 2019 mereka bisa melaksanakan UNBK... Dengan adanya kontrak pemda dengan PLN dan TELKOMSEL... Daerah saya Balangan kaya dengan tambang batubara..
10. Belajar sambil bermain saya rasa masih efektif untuk anak di tingkat sekolah dasar.
Mendiskusikan tentang media pembelajaran daring apa yang cocok digunakan saat ini dan segala macam permasalahannya tentu tak akan pernah usai. Setiap individu memiliki pandangan masing-masing. Sekarang tinggal dipilih solusi apa yang sesuai dengan kondisi sekolah kita. Yang paling cocok dengan mata pelajaran yang kita ampu. Dan yang paling penting, paling cocok dengan materi yang sedang kita ajarkan untuk dicapai. Inilah yang disebut merdeka belajar. Gunakan teknologi yang ada dan tidak perlu harus yang canggih dan terbaru. Teknologi yang ada di depan mata kita bisa dikembangkan walaupun tanpa koneksi internet.

Narasumber Bapak Wijaya Kusumah

MEMBANGUN BRANDING MELALUI BLOG DAN MEDIA SOSIAL





Seorang peserta workshop bertanya pada Omjay. Beliau masih bingung untuk memulai kebiasaan menulis. Bingung menyalurkannya lewat apa?



Inilah yang akan jadi topik kuliah online malam ini. Salurkan kebiasaan menulismu lewat blog di internet. Mengapa lewat blog di internet? Sebab blog adalah alat rekam yang ajaib. Keajaibannya akan Anda dapatkan seiring dengan lamanya Anda menulis di blog dan mengelolanya dengan baik. Pak Namin pun berbagi pengalaman bahwa beliau mulai ngeblog tahun 2007, melalui blogspot.com, saat itu beliau ngeblog untuk mengisi waktu luang saat istirahat mengajar. Tulisan di blog juga masih sangat beragam, bahkan lebih banyak curahatan hati. Lebih dari 10 blog pernah beliau buat di blogspot.com, kini semua blog tersebut sudah dihapus semua. Hingga akhirnya sekitar tahun 2013 beliau mengenal guru.org, sebuah blog yang diisi oleh guru-guru kreatif, di antara Pak.Agus Sampurno dengan Brandnya Guru Kreatif, Om Jay, Wijaya Kusuma dengan Brandnya Guru Blogger, dan Bang Dedi Dwitagama. Keinginan untuk menulis lebih baik lagi pun tumbuh. Akhirnya tahun 2013 beliau mengikuti Teacher Writing Camp angkatan ke-3, yang digagas oleh Om Jay dan teman-teman.
Pada tahun 2014 Pak Namin dan Om Jay bersama teman-teman menggagas berdirinya Komunitas Sejuta Guru Ngeblog, pada tahun 2014-2015 Komunitas Sejuta Guru Ngeblog memberikan Pelatihan Guru Ngeblog Gratis bagi guru di Jabodetabek. Tahun 2014 adalah awal Pak Namin mulai membangun branding lewat blog.  Dan pada tahun 2015 beliau melaunching www.motivatorpendidikan.com, seluruh konten tulisannya berisikan berbagai jenis program training yang beliau isi. Sebelum website tersebut di launching, beliau banyak mencurahkan gagasan  tentang pendidikan di blog https://motivatorkreatif.wordpress.com. Begitulah kisah Pak Nmin dalam membangun branding.
Membangun branding memang tidak mudah, tapi jika kita sungguh-sungguh pasti  ada kemudahan. Membangun branding juga harus sejalan dengan kompetensi yang kita miliki. Jangan coba-coba membangun branding tertentu tapi tidak punya Ilmunya. Membangun branding melalui blog juga harus selaras dengan kepribadian kita di blog, medsos dan segala aktivitas yang kita lakukan. Menulis konten blog dengan konsisten pada branding yang kita miliki adalah kewajiban yang harus ditaati. Kala mau dikenal sebagai pakar pendidikan misalnya, ya sudah konsisten nulis hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut. Hingga akhirnya ketika orang berbicara "Motivator Pendidikan" mereka, Akhirnya akan mengingat "Namin AB Ibnu Solihin". Ini contoh saja. Tapi jika ada penasaran coba anda searching di Google beberapa kata berikut ini "Motivator Pendidikan" "Pembicara Seminar Parenting" "Motivator Pelajar". Anda akan bertemu dengan siapa kira-kira?
Menulis dan membangun branding telah mengantarkan Pak Namin keliling Indonesia. Beliau telah mengisi training setidaknya dilebih dari 300 lembaga, sejak tahun 2014-sekarang. Mulai sekarang menulislah, dari hal yang paling kita sukai. Tulisan bagus butuh proses. “Saya juga dulu menulis dari keseharian saya sebagai guru, tentang siswa, tentang mengajar, tentang sekolah.” Ujar Pak Namin. Karena menulis yang paling enak adalah, menuliskan apa yang kita lakukan. Hanya yang menjadikan menulis sebagai passionnya yang bisa merasakan nikmatnya menulis. Nah, karena kita baru belajar, tidak masalah seperti itu yang penting tetap semangat menulis. Tapi, tidak mungkin kita akan bisa menulis kalau kita tidak membaca. Jadi jika ingin jadi menulis atau konsisten menulis, wajib mencintai buku. Selanjutnya jika ingin membangun branding kita harus fokus menulis pada bidang tertentu, sesuai
dengan passion atau keahlian terbaik.
Berkaitan dengan fokus tulisan dalam blog misalnya blog yang dibuat adalah tentang pembelajaran, apakah sebaiknya di blog itu khusus tentang pembelajaran ? Jika tiba - tiba ada ide menulis tentang topik di luar pembelajaran, apakah lebih baik ditulis di blog lain (membuat blog baru) karena terkadang ide munculnya beragam. Atau,, boleh kah seperti ini, memiliki beberapa blog, setiap blog punya fokus masing-masing. Misalnya blog 1 khusus tulisan tentang hobi kita, blog 2 tentang aktivitas saya di sekolah dan seterusnya. Apakah dengan begitu kita tetap bisa membangun branding?
           Jika tujuannya sekadar untuk mengisi aktivitas tidak masalah. Tapi jika kita ingin dikenal oleh orang, sebagai ahli pada bidang tertentu, maka harusnya fokus saja pada satu blog dan satu website. Untuk menjadi seorang ahli atau motivator butuh proses dan waktu yang lama. Seorang ahli dalam bidang tertentu dia harus mengalami sendiri apa yang dia sampaikan. Pak Namin menempa diri dengan memberikan training gratis selama 10 tahun, sambil terus mengasah diri tentang banyak hal. Tapi kuncinya ada di kecerdasan kita dalam menggunakan teknologi harus terus dikembangkan. Dan tentunya teruslah membaca. Hanya pencinta buku yang merasakan nikmatnya baca buku konvensional dibandingkan dengan e book. Mari menulis dan membaca.

NARASUMBER: NAMIN IBNU SHOLIHIN

CANDU ITU BERNAMA MENULIS













Anak diberi gadget, ya jadinya kecanduan gadget.
Tapi kalau anak dikasih buku, ya hasilnya kecanduan buku.


Kalimat itulah yang disampaikan Ibu Hati Nurahayu semalam dalam kegiatan menulis online. Begitu inspiratif. Ya, hari ini kami belajar online bersama beliau tentang dunia kepenulisan. Menurut Bu Hati, beliau menulis seiring waktu dan sesuai keinginan ide yang ada. Semuanya ditulis dengan rasa keingintahuan yang besar. Intinya , tulislah apa yang kita ingin tuliskan, jangan takut salah. Ikuti sistematika penulisan berdasarkan jenis tulisan kita. Jika tulisan kita akan diikutkan lomba, maka lolos tidaknya urusan nanti.
Literasi merupakan kegiatan membaca, berfikir,  dan menulis. Apapun bisa kita tulis dan dapat jadikan inspirasi. Misalnya, menulis tentang kelas, keunikan di kelas kita, keunikan daerah, dan sebagainya. Awali dengan menulis ide yang ada di benak kita. Oleh karena itu, Ibu Hati menyarankan agar kita selalu menyiapkan buku dan pensil  ke mana saja kita pergi. Buku untuk mencatat ide brilian kita. Saat ada ide tuliskan judul, dan rencanakan isinya. Kebanyakan penulis mengirim naskah tanpa membuat judul dan kerangka, asal nulis dulu. “Saya membiasakan membuat judul dan kerangka buku maunya saya seperti apa mengikuti  keinginan atau keperluan  bacaan yang sedang menarik saat itu, kalau niat kita untuk menjual karya  kita.”
Anak diberi gadget, ya jadinya kecanduan gadget. Tapi kalau anak dikasih buku, ya hasilnya kecanduan buku. Menulis dan membaca adalah candu ketika dibiasakan. Ayo kita berkarya  dengan goresan pena kita, hingga dapat bermanfaat untuk sesama.

Narasumber: Ibu Hati Nurahayu

BUKU ADALAH BUKTI SEJARAH


baca, baca, dan baca






Hari ini, kami belajar online bersama Ibu Emi Sudarwati, guru SMPN 1 Baureno, Bojonegoro. Juara pertama Lomba Inovasi Pembelajaran tingkat nasional tahun 2016 yang diselenggarakan Kemdikbud. Guru penggerak literasi dan banyak membantu guru lain menerbitkan buku. Guru yang inspiratif dan berprestasi. Pelajaran hari ini diawali dari cerita pribadi Ibu Emi terkait dunia tulis menulis. Beliau banyak belajar dari para orang-orang hebat dalam dunia menulis. Misalnya pada tahun 2013.  Penulis bergabung dengan sebuah kelompok penulis di Bojonegoro.  Namanya PSJB (Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro).  Di sana penulis banyak berjumpa dan berkenalan dengan penulis-penulis senior.  Seperti : JFX. Hoery (Padangan-Bojonegoro),  Sunaryata Soemardjo (Ngimbang-Lamongan), Nono Warnono (Gajah Indah-Bojonegoro), Gampang Prawoto (Sumberrejo-Bojonegoro), Sri Setyo Rahayu (Surabaya), almarhum Anas AG (Pemred  Radar Bojonegoro-waktu itu), dan masih banyak lagi yang lainnya. Dari orang-orang hebat di dunia tulis-menulis itu, akhirnya Bu Emi mendapatkan pencerahan.  Bahwa karya siswa yang sudah terkumpul bisa diterbitkan dengan ISBN (International Standart Book Number).


Ketika ditanya tentang trik produktif menulis beliau menyampaikan bahwa Ia tidak punya trik khusus untuk menulis. Hanya baca, baca, dan baca. Jika sudah mulai kehabisan ide untuk menulis. Maka saya membaca. Buku adalah bukti sejarah.  Merupakan catatan bahwa kita pernah hidup di dunia ini.  Oleh karena itu, saya ingin mengabadikan setiap jengkal perjalanan menjadi sebuah buku.  Setiap karya pasti akan menemukan takdirnya sendiri.  Maka, marilah terus menulis dan membaca.

Narasumber: Ibu Emi Sudarwati

Senin, 23 Maret 2020

BELAJAR MENGELOLA SEKOLAH BERSAMA BU BETTI




Mengelola sekolah hendaknya diikuti dengan strategi. Setidaknya jadikan sekolah kita menjadi sekolah penggerak dan menggerakkan sekolah lainnya. Itulah hal yang ditekankan Ibu Betti Risnaleni dalam materi yang beliau sampaikan semalam. Mulailah dari kita dulu, lingkungan yang terkecil. Beliau pun menceritakan bahwa di sekolahnya, beliau yang paling gigih, lalu saya mengajak guru, orang tua, lingkungan  dan teman-teman se profesi (guru). Lalu apa yang harus dilakukan? Sering-seringlah melakukan kegiatan. Mengikuti lomba, aktif dalam organisasi profesi, dan sebagainya. Bekali diri kita secara profesional agar pembelajaran kita menyenangkan. Lakukan eksplorasi dalam KBM. Tujuannya supaya anak tidak bosan belajar hanya dengan duduk di dalam ruang kelas saja. Tapi mereka bisa belajar dengan senang dan mencari cari informasi tentang materi pelajaran tersebut dan tidak terpasung di kursi saja.
Menjadi sekolah penggerak tentu saja ada suka dukanya. Sukanya , kita bisa berbagi ilmu. Bagi saya, ilmu itu kalau dibagi akan bertambah banyak dan kaya. Bila disimpan saja maka ilmu itu akan hilang (lupa) begitu saja. Alhamdulillah saya juga bisa berbagi dengan semua orang yang kebetulan seprofesi dengan saya yaitu guru TK. saya sering melakukan kegiatan belajar bersama. Menularkan apa yang saya punya. Menginspirasi kepada mereka dengan menceritakan kegiatan yang saya lakukan. menjadi sekolah pengerak itu intinya bisa membuat sekolah itu baik dan kreatif, bisa bekerja sama dengan berbagai stakeholder, dan bisa bermanfaat bagi semua orang.

Narasumber: Ibu Betti Risnaleni

TAKSONOMI BLOOM DAN KONTEN BLOG









“Menulis harus melalui proses riset terlebih dahulu sehingga bisa mengetahui apa yang dibutuhkan saat ini atau melihat fenomena yang terjadi”


Bloom taxonomy atau biasa kita kenal dengan Taksonomi Bloom merupakan tingkatan berpikir yang terdiri atas 1) mengingat, 2) memahami, 3) menerapkan, 4) menganalisa, 5) mengevaluasi, dan 6) menciptakan. Nomer 1, 2, dan 3 adalah kategori tingkat berpikir rendah, sedangkan nomer 4, 5, dan 6 kategori tingkat berpikir tinggi. Perkembangan jaringan internet saat ini sangat memudahkan orang untuk bisa ngeblog di mana saja dan kapan saja. Semua orang bisa ngeblog. Selanjutnya yang perlu diperhatikan yaitu bagaimana membuat konten blog yang menarik. Membuat konten yang bisa menarik banyak pembaca memerlukan kemampuan tersendiri. Membuat konten blog yang menarik dapat menggunakan konsep taksonomi bloom, yaitu dengan membuat konten blog yang mengandung kategori tingkat berpikir tinggi; menganalisa, mengevaluasi, dan menciptakan. Alasan sederhananya bahwa ketiga hal tersebut tidak ada di buku. Sedangkan pasti banyak orang yang mencari dan membutuhkan sebuah analisa, evaluasi, dan ciptaan sesuatu yang baru. Selain itu, konten blog yang berisi kategori tingkat berpikir rendah; mengingat, memahami, dan menerapkan, sudah sangat banyak. Apabila konten blog kita hanya berisi mengingat, memahami, dan menerapkan, apa bedanya blog kita dengan blog orang lain? Sehingga mengisi blog dengan konten tingkat berpikir tinggi menjadi celah, yang berarti sebuah kesempatan, untuk memancing banyak pengunjung dan pembaca berdatangan berkunjung membaca blog kita. Penggunaan foto tokoh untuk menarik pembaca, dengan foto orang lebih mudah untuk tertarik daripada hanya teks


Narasumber: Bapak Agus Sampurno, pengelola blog http://gurukreatif.wordpress.com

Minggu, 08 Maret 2020

BELAJAR MENJADI TRAINER YANG BAIK BERSAMA OM JAY



Menjadi seorang trainer dibutuhkan stamina yang luar biasa sebab ia akan berbicara menyampaikan materi dari pagi hingga sore hari. Seorang trainer harus kuat bertahan selama 8 jam dalam sehari karena biasanya pelatihan dimulai dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00. Begitulah Bapak Wijaya Kusuma, M.Pd., pemateri semalam menyampaikan materinya. Lelaki yang juga Bapak Blogger Indonesia ini begitu hangat menyapa kami para peserta kegiatan belajar menulis.
Om Jay, begitu ia biasa disapa memberikan tips bagaimana agar selalu bugar dan sehat kala menjadi trainer dan penulis. Jaga stamina tubuh dengan banyak berolah raga. Harus bisa mengelola waktu dengan baik dan ingatlah selalu bahwa menulis itu menyehatkan jiwa dan raga kita. Mereka yg suka menulis akan jauh dari berbagai penyakit asalkan tahu caranya. Penyampaian materi oleh Om Jay juga diramaikan oleh pertanyaan dari beberapa peserta, diantaranya pertanyaan tentang bagaimana menjaga stamina Om Jay. Om Jay pun menjawab diplomatis bahwa cara menjaga stamina adalah dengan menyayangi istri sepenuh hati dan sepenuh jiwa. Ternyata tanggal 8 Maret adalah hari ulang tahun pernikahan Om Jay dan istri yang ke 22.
Semakin malam, penyampaian materi semakin menarik. Apalagi ketika ada seorang peserta pelatihan yang menanyakan tentang cara Om Jay membagi waktu. Waktu kita sama. Kita dapat jatah 24 jam. Saya membaginya dalam 3 waktu. Dunia nyata, dunia maya dan dunia mimpi. Kita harus membaginya secara proporsional. Waktu di dunia nyata jelas harus lebih banyak daripada dunia maya dan dunia mimpi. Kalau ketiga waktu itu bisa kita kelola dengan baik, maka kita akan sukses dunia dan akhirat seperti artikel yang saya bagikan. Jawab Om Jay runtut.
Kegiatan Om Jay sebagai trainer tak lepas dari dukungan keluarga dan atasan. Atasan sangat mendukung asalkan tidak meninggalkan kelas. Oleh karena itu , Om Jay terbiasa menerima job hari Sabtu dan Minggu atau setelah pulang sekolah sehingga tidak meninggalkan kewajibannya sebagai guru. Menjadi trainer itu harus mampu memberikan contoh dan keteladan yang baik. Istri beliau juga mendukung. Om Jay selalu berkomunikasi terlebih dahulu dengan istri ketika akan  menerima pekerjaan sebagai trainer. Ketika istri kita ikhlas dan ridho melepaskan kepergian kita, maka rezeki akan lancar dan tidak ada yang merasa dirugikan. Jangan lupa beli oleh-oleh untuk pimpinan sekolah dan rekan sejawat sehingga mereka juga senang mendengarkan cerita kita dan bisa pergi dari kota ke kota.

Pemateri: Bapak Wijaya Kusuma, M.Pd.


KIAT MENULIS RESUME ALA IBU ROSIANAFE


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, resume adalah ikhtisar atau ringkasan. Namun faktanya, ada perbedaan mendasar antara resume atau ringkasan dan ikhtisar. Resume atau ringkasan merupakan penggalan kalimat yang mengandung gagasan pokok atau inti kalimat. Resume memiliki isi yang hampir sama dengan gagasan pokok kalimat dalam sebuah teks. Resume ditulis kronologis sesuai dengan urutan teks asli. Sedangkan ikhtisar adalah ringkasan yang lebih pendek. Ikhtisar tidak memerhatikan urutan gagasan pokok atau inti kalimat. Ikhtisar bersifat bebas, tidak ditulis kronologis sesuai urutan asli teks. Ikhtisar ditulis dengan menggunakan kalimat dan pemahaman penulis.
Penjelasan gamblang tersebut disampaikan Ibu Rosiana Febriyanti, guru SMAIT Al Kahfi di Pesantren Terpadu Al Kahfi, yang juga peserta terbaik gelombang pertama belajar menulis bersama Omjay dalam kegiatan belajar menulis bersama Omjay gelombang ketiga pada hari hari Sabtu, 7 Maret 2020. “Menulis resume di blog itu ternyata ringkas saja, tidak perlu panjang-panjang, habis sekali baca.” Ujarnya mengawali materi malam itu. Selanjutnya, usahakan menulis judul dengan huruf kapital agar langsung dikenali mata. Lalu, boleh tambahkan subjudul dan hal-hal detail lain di bawahnya. Misal,
TIPS MENULIS RESUME ALA ROSIANAFE
Workshop Menulis Bersama Om Jay
Hari, tanggal:
Tema:
Narasumber:
Menulis resume ala Ibu Rosianafe berpedoman pada kegiatan mencatat apapun yang kita lihat dan dengarkan dari narasumber. Ada enam kiat yang beliau sampaikan, yaitu pertama, untuk menulis resume dengan efektif, gunakan kata-kata yang mudah dipahami. Kedua, tulis kata kuncinya. Ketiga, siapkan beberapa baris kosong di lembar catatan untuk digunakan kemudian. Saat mencatat kata kunci dan informasi, sediakan bagian kosong di antara dua baris agar bisa digunakan untuk melengkapi catatan. Keempat, sebisa mungkin kita menjadi pendengar yang aktif saat mengikuti diskusi. Kelima, catatlah informasi yang disampaikan setelah terdengar kata atau frasa seperti pertama, kedua, ketiga terutama atau khususnya. Keenam, tulis ulang catatan sesegera mungkin. Saat mencatat, tulis setiap informasi sejelas mungkin. Begitulah kiat menulis resume ala Ibu Rosianafe dan ikatlah ilmu dengan menuliskannya.

Pemateri: Ibu Rosiana Febriyanti, guru SMAIT Al Kahfi di Pesantren Terpadu Al Kahfi


Sabtu, 07 Maret 2020

MENJADI KAYA DENGAN MENULIS




Menulis merupakan sebuah keterampilan. Mahir menulis bukan didapat karena bakat tapi karena belajar terus menerus. Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan Bapak Wijaya, seorang penggiat kegiatan menulis bahwa ada tiga cara menjadi kaya di usia muda. Pertama, terlahir dari keluarga kaya. Kedua, kawin dengan anak orang kaya. Dan ketiga, jadi orang kreatif dan berkarakter. Dari ketiga hal tersebut, cara nomor satu dan dua tentu bukanlah menjadi wewenang kita karena hal tersebut telah digariskan sang pencipta. Namun, cara ketiga tentunya dapat kita raih dengan catatan, kita mau berusaha dengan sungguh-sungguh. Menjadi kaya dengan cara nomor tiga dapat kita lakukan dengan menulis. Tentu saja menjadi penulis bukanlah hal yang mudah. Ada banyak hal yang harus kita upayakan, ada banyak hal yang harus kita pelajari. Dan semua itu harus kita lakukan dengan sungguh-sungguh dan berkesinambungan.  
Dalam dunia menulis dibutuhkan dua hal utama, yaitu kreatif dan imajinatif. Kreatif dapat kita lakukan dengan banyak belajar dari pengalaman. Kita bisa belajar dari pengalaman kita sendiri atau belajar dari pengalaman orang lain. Belajar dari pengalaman orang lain dapat kita lakukan dengan banyak membaca. Kunci menjadi penulis yang baik, kreatif, dan imajinatif adalah dengan banyak membaca. Ketika kita ingin menjadi penulis puisi yang baik, maka bacalah sebanyak mungkin buku puisi. Begitu juga ketika kita ingin menjadi penulis cerpen yang baik.  Berikutnya kita juga bisa belajar dari pengalaman orang lain. Salah satu pengalaman orang lain yang paling menarik untuk saya adalah pengalaman menulis Bapak Munif Chatib seorang konsultan, praktisi pendidikan, dan penulis buku pendidikan popular. Beberapa buku beliau menjadi bestseller, diantaranya gurunya manusia, orangtuanya manusia, dan sekolahnya manusia. Ada hal yang menarik yang dapat kita pelajari dari proses kreatif penulisan buku-buku beliau yang bestseller.
“Awalnya saya tidak bisa menulis. Buku pertama saya kerjakan bersama ghost writer, Pak Isa namanya. Jadi, buku pertama saya tulis dengan menceritakan dengan merekam suara saya yang kemudian rekaman tersebut saya kirim kepada Pak Isa untuk dituliskan.” Ujar CEO Next Edu Indonesia dengan gamblang. Tulisan berikutnya saya tulis sendiri dengan belajar langsung kepada Pak Isa dan Pak Hernowo—editor percetakan Kaifa. dari penjelasan tersebut dapat kita simpulkan bahwa mahir menulis tidak selalu kita dapatkan dari bakat sejak lahir namun mahir menulis dapat kita peroleh dari perjuangan, kreativitas, dan imajinasi. Maka teruslah menulis. Mulailah menulis setiap hari—rutinkan—karena menulis akan membuat kita kaya. Tidak hanya kaya materi tapi juga kaya hati.

Kamis, 05 Maret 2020

BELAJAR ITU DI MANA DAN KAPAN SAJA




“Berani memilih menjadi guru, harus berani belajar sepanjang hayat.”

Pernyataan itulah yang paling menarik dari pertemuan maya saya dengan wanita inspiratif ini. “Perkenalkan saya Lilis Ika Herpianti Sutikno Guru SMP Negeri 2 Nekamese, Desa Besmarak, Kecamatan Nekamese, Kabupaten Kupang - Nusa Tenggara Timur.” Begitulah beliau memulai pembicaraan malam itu.  Bunda Lilis, begitu biasa beliau dipanggil. Sebagai seorang guru daerah, prestasinya tak main-main.
“Saya pernah menjadi juara kedua Nasional Guru Inspirasi dalam ajang lomba yang di selenggarakan oleh Telkom dan Intel prossesor pada tahun 2015.”
Yang menarik, prestasinya dikancah nasional diperoleh dari kegiatan sederhana yang beliau tularkan kepada murid-muridnya yaitu memperkenalkan FB pada siswa-siswi dan guru di Desa Besmarak. Kegiatan sederhana itu lalu beliau tuangkan dalam sebuah buku yang diberi judul GURU adalah INSPIRASI Serial PELITA KAMPUNG BETA jejak juang guru desa di NTT. Dan buku itu saat ini menjadi buku Bestseller Nusantara.
Berkat kepiawaiannya menulis dan berbekal pengalam yang cukup banyak, Instruktur K-13 dan literasi untuk Kabupaten Kupang dan Provinsi NTT ini kebanjiran permintaan untuk menjadi narasumber di berbagai kegiatan menulis. Uniknya, kegiatan tersebut beliau lalukan dengan hanya share cerita via FB saja. “Bahkan undangan saya mengajar setiap Sabtu dari awal Februari hingga awal April nanti. Membimbing guru di Kabupaten Timor Tengah Selatan Kota SoE. Itu informasinya hanya lewat FB saja.” Ujarnya mantap.
“Benar kata Pak Fathur juara pertama lomba Guru My Teacher My Hero Award Indonesia Digital Learning. Jualah diri anda lewat media sosial dengan keterampilan dan inovasi pembelajaran yang kita miliki. Pelan tapi pasti keterampilan itu akan semakin terasah menjadi baik dan bisa menginspirasi dunia. Dampak dari itu semua itu, penghasilan Anda akan mengikuti dengan pasti” Kelakar beliau di akhir pembicaraan.
Menulis bagi guru banyak manfaatnya, diantaranya sebagai bahan naik pangkat, sisi bisnis—menambah penghasilan, serta ladang amal dan dakwah. Sesuai pepatah gajah mati meninggalkan gading maka manusia tiada meninggalkan tulisan yang abadi.

Pemateri: Lilis Ika Herpianti Sutikno, Penulis buku Guru adalah Inspirasi Serial Pelita Kampung Beta

Rabu, 04 Maret 2020

PEMBELAJARAN ERA MILENIAL DENGAN YOUTUBE



Kegiatan pembelajaran di zaman milenial tidak hanya bertumpu pada kegiatan tatap muka. Pembelajaran yang dilakukan guru, dapat juga dilakukan dengan metode daring. Channel youtube merupakan salah satu media online yang dapat digunakan dalam pembelajaran online tersebut. Konten youtube dapat dirancang sendiri oleh guru.
Bapak Lukman Hakim, Owner Channel Youtube Kelasku Online berbagi pengalaman tentang pembuatan konten di Youtube. Menurut pengalaman beliau, peralatan menulis yang dipakai adalah Wacom Bamboo.  Merekam gambar dilakukan dengan menggunakan PC, bukan laptop. Agar suara di channel Youtube jernih, Pak Lukman menggunakan mic Boya, pengambilan suara dilakukan dengan menggunakan HP dan mic eksternal. Selanjutnya, proses penggabungan menggunakan aplikasi kinemaster di HP. Informasi tambahannya adalah beliau menggunakan HP Redmi note 5 Pro dengan 4 Gn RAM dan penyimpanan internal 64 Gb yang beliau ekspansi dengan memori internal 64 Gb. Hasil rekaman fastone adalah wav. Jadi sebelum digabungkan dengan suara di kinemaster, video diconvert dulu di aplikasi video converter menjadi mp4 dengan fps sebesar 30. Setelah itu baru penggabungan dan rendering di kinemaster. Setelah selesai, video siap diunggah di youtube. “Jangan lupa buat Thumbnail agar menarik dilihat penonton” Ujar Pak Lukman menambahkan penjelasannya.  
“Youtube dapat digunakan untuk membantu pembelajaran di kelas sebagai bagian dari blended learning. Tidak perlu penuh animasi. Sederhana seperti menjelaskan di kelas tatap muka. Kelebihan dapat dilihat berulang-ulang.” Tutup Pak Lukman malam itu.

Pemateri: Lukman Hakim, Owner chanel youtube kelasku online

BANGGA “BERINDONESIA” HENDAKNYA BUKAN LAGI SEKADAR CITA-CITA

Seorang siswa dengan bangga mendapatkan nilai 90 pada matapelajaran bahasa Inggris. Ia dengan bangga menunjukkan kepada teman-temannya. Mungkin ia akan ‘merah muka’ jika saja nilai bahasa Inggrisnya ‘merah’. Sementara itu, ketika nilai bahasa Indonesianya justru jatuh, ia biasa-biasa saja.

 Ilustrasi di atas menggambarkan bahwa generasi muda kita kurang bahkan tidak bangga berindonesia. Meskipun kita sering mendengar mereka mengatakan cinta Indonesia, nyatanya, cinta dan bangga berindonesia yang mereka dengungkan hanyalah sekadar kata-kata. Tindakan mereka sama sekali tidak mencerminkan bangga berindonesia.
Bangga “berindonesia” hendaknya bukan lagi sekadar cita-cita. Namun, harus menjadi sebuah tindakan nyata. Sayangnya, sebagian besar masyarakat kita tak lagi bangga “berindonesia”. Salah satu buktinya adalah, anak-anak kita lebih bangga mendapat nilai sempurna pada mata pelajaran bahasa Inggris daripada bahasa Indonesia. Bahkan, ada kesan bahwa mereka tampak berbangga hati jika dalam percakapan sehari-hari mereka menggunakan bahasa Inggris atau bahasa gaul. Sementara jika ada yang berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, dianggapnya aneh, konvensional, kaku, bahkan tak jarang dijadikan bahan ketawaan. Belum lagi, kesalahan berbahasa yang kerap kali ditemui, juga tidak dilihat sebagai kesalahan karena telah dianggap sebuah kewajaran. Saya seringkali menemui anak-anak yang melakukan kesalahan dalam penggunaan kata ‘kita’ dan ‘kami’, misalnya. Hal ini tentu saja lebih dari cukup untuk menggambarkan bahwa anak-anak khususnya, dan kita pada umumnya belum bangga berindonesia. Bagaimana tidak, terhadap bahasa sendiri saja kita tidak (belum) paham. Padahal bahasa Indonesia telah kita pelajari bahkan sejak kita lahir.
Kita sering terpaku pada anggapan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang penuh dengan aturan. Bahkan saya sering mendengar siswa mengatakan bahwa mempelajari bahasa Indonesia lebih sulit daripada mempelajari bahasa Inggris.  Munculnya sekolah bertaraf internasional memperparah kondisi ini. Apalagi menyangkut kebijakan penggunaan bahasa asing (bahasa Inggris) dalam proses pembelajaran di kelas. Bagi guru, tentu saja hal ini menjadi masalah tersendiri dan butuh penyelesaian atau solusi.
Perjuangan para guru harus segera dimulai. Setidaknya para guru harus introspeksi diri tentang bagaimana cara mereka mengajar bahasa Indonesia di kelas. Saya berkeyakinan, pelajaran sesulit apapun jika disampaikan dengan cara dan teknik yang menarik pasti akan menyedot perhatian siswa. Apalagi mengajar bahasa Indonesia yang harusnya tidak menjadi pelajaran menakutkan bagi siswa. Artinya, baik tidaknya cara guru menyampaikan materi akan terlihat dari nilai yang akan dihasilkan siswa. Sebagai guru kita perlu mencatat bahwa seharusnya bahasa Inggris tidak perlu menjadi ‘saingan’ bahasa Indonesia karena bahasa Inggris merupakan bahasa penunjang keilmuan. Meskipun ini bukan berarti kita membiarkan anak-anak kita meninggalkan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di bumi pertiwi. Bahasa asing, khususnya bahasa Inggris dalam hal ini, dipelajari bukan untuk menggantikan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di negeri ini, melainkan sebagai bahasa penunjang untuk memperluas akses keilmuan dan pengetahuan yang notabene berasal dari negara-negara Barat serta untuk memperluas akses jaringan internasional sebagai tuntutan era globalisasi.
Terkait hal tersebut di atas, saya mulai perjuangan saya dengan memberikan gambaran kepada anak-anak betapa kaya dan santunnya bahasa kita. Pertama, bahasa kita memiliki banyak pilihan saat kita menggunakan kata ganti orang. Sebut saja saat kita ingin memanggil orang yang lebih tua dengan sapaan Anda, beliau, dan sebagainya. Kita juga bisa menggunakan kata kamu saat menyapa teman sejawat. Sekarang coba bandingkan dengan penggunaan bahasa Inggris. Saat bersama orang yang lebih tua pun kata yang digunakan sama, yaitu you. Kedua, bahasa Indonesia mengenal perbedaan penggunaan kata ‘kami’ dan ‘kita’ sedangkan bahasa Inggris tidak. Untuk penyebutan kedua kata tersebut, bahasa Inggris hanya memiliki satu sebutan saja yaitu ‘We’.  Kedua contoh tersebut adalah sedikit dari fakta yang ada bahwa bahasa kita memang perlu kita junjung tinggi. Setidaknya kita perlu mengamalkan sumpah pemuda yang pernah terucap bahwa generasi muda kita berjanji berbahasa satu bahasa Indonesia.
Bahasaku tak lekang di hati. Ungkapan itu setidaknya harus menjadi semangat bagi kita semua untuk lebih bangga berindonesia. Salah satunya dengan penggunaan bahasa Indonesia. Kita perlu mengukuhkan kedudukan bahasa kita di atas bahasa negara lain. Bayangkan jika suatu saat nanti bahasa kita malah menjadi bahasa kedua di negeri sendiri. Anak-anak kita lebih mahir berbahasa asing daripada berbahasa Indonesia.
Harusnya gempuran bahasa asing tak perlu membuat bahasa kita terpojok di sudut yang sulit terjangkau semua orang. Bahkan jika perlu, misalnya, pemerintah dapat membuat aturan yang mengharuskan semua buku berbahasa asing  yang akan masuk  ke Indonesia wajib diterjemahkan terlebih dahulu ke dalam bahasa Indonesia. Hal ini semata-mata untuk  melindungi bahasa kita, bahasa Indonesia.
Bangga berindonesia memang tidak terbatas pada bangga menggunakan bahasa Indonesia. Ada banyak hal yang perlu kita banggakan dari negeri kita tercinta. Untuk itulah, kita perlu mengarahkan dan menyiapkan anak didik kita agar mereka bangga berindonesia. Membekali mereka dengan semangat keindonesiaan yang akan terpatri hingga tulang rusuk. Tentu saja hal ini bukan perkara mudah. Ada banyak hal yang akan menjadi batu sandungan. Apalagi gempuran globalisasi yang semakin mengakar di bumi pertiwi. Namun, disanalah letak perjuangan kita.
Era globalisasi merupakan masa yang tak akan bisa kita hindari lagi. Yang penting bukanlah bagaimana cara menghindarinya, tapi bagaimana menyiapkan diri dan generasi muda kita agar mampu mengambil nilai positif dari kehadiran era globalisasi itu sendiri. Ari Sudewa dalam artikelnya yang berjudul Pengertian dan Pentingnya Globalisasi Bagi Indonesia[1] mengatakan bahwa globalisasi memiliki nilai-nilai positif namun juga memiliki nilai-nilai negatif. Untuk menyaring nilai-nilai negatif, kita harus berpedoman pada nilai-nilai Pancasila karena nilai-nilai Pancasila sesuai dengan situasi dan kondisi bangsa Indonesia. Jika kita mengambil nilai-nilai negatif globalisasi, yang akan terjadi adalah kaburnya jati diri bangsa Indonesia dan masuknya kebiasaan-kebiasaan yang buruk.
Pada dasarnya, dampak negatif globalisasi dapat kita minimalkan jika kita memiliki keyakinan yang kokoh bahwa bangsa kita tak lebih buruk dari negara lain. Meyakinkan diri bahwa negara kita adalah negara yang kaya raya dan hebat. Tengok catatan Sofyan Basir, Presiden Direktur BRI dalam program BRI Peduli Bangga Berindonesia[2] ini. Pertama, Indonesia saat ini merupakan salah satu kampiun negara demokrasi terbesar dunia, bersama India dan Amerika Serikat. Kita pun menjadi pemilik stabilitas politik terbaik di kawasan Asia bahkan dunia. Kedua, secara sosiokultural, kita masuk dalam jajaran terdepan negara paling majemuk sedunia. Puluhan ribu bahasa lokal dan etnis ada di nusantara. Masuklah ke pedalaman nusantara ini. Temukan di sana ribuan suku-suku kecil, adat-istiadat, budaya, tari-tarian, kuliner, pakaian adat, tradisi, alat musik dan sampai kebijakan lokal (localwisdom)!.“Hebatnya kita bisa hidup berdampingan dan berbangsa menjadi satu,” lanjut Sofyan. Ketiga, secara geografis kita juga menjadi pemilik garis pantai dan laut terluas sedunia. Tak ketinggalan 17.000 pulau membentang dari Sabang sampai Merauke. Dari Miangas sampai Pulau Rote. Keempat, soal keindahan alamnya, Indonesia tidak ada bandingnya. Bali selalu dinobatkan sebagai pulau dengan tujuan wisata nomor satu dunia. Demikian indahnya pulau ini, pada tahun 2011 lalu sebanyak 7.650.731 turis mancanegara telah mengunjungi dan menikmati panorama negeri ini “Kita punya Bunaken, Wakatobi, dan sekarang ini yang lagi naik daun Raja Ampat, pemilik terumbu karang terindah sedunia. Jadi kurang apa lagi,” imbuh Sofyan. Kelima, soal ekonominya, kita juga memiliki banyak keistimewaan. Krisis silih berganti, toh bangsa Indonesia mampu melewatinya dengan mulus dan banyak keberuntungan datang berkunjung ke negara kita. Akhir 2011 ini, kita mendapat kado istimewa investment grade di saat negara-negara maju sedang berjuang mengatasi krisis utang dan ekonominya. Bagaimana tidak istimewa, ketika pesimisme melanda berbagai negara maju itu, negara kita malah menebar optimisme hingga akhir 2011 dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 6,5%. Kita juga bangga sebab bersama negara-negara besar Cina dan India, masuk dalam tiga negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia. Keenam, dari sisi kualitas sumber daya manusia, siapa bilang bahwa Indonesia terlalu buruk? Lihatkah setiap tahun, kontingen Indonesia kembali dari negeri orang dan membawa pulang medali-medali Olimpiade Fisika, Sains, Biologi, dan Matematika tingkat dunia. “Anak-anak didik kita sejajar kualitas otaknya dengan anak-anak dari Amerika, Rusia, Jepang, bahkan Israel,” ungkap Sofyan.
Dari data di atas, kita patut bangga dengan negeri yang elok ini.  Kebanggaan itu hendaknya tak lagi hanya menjadi sebuah cita-cita karena fakta yang ada sudah cukup untuk membuka mata kita bersama betapa kaya raya Indonesia.  Kebanggaan itu perlu kita konkretkan dalam tindakan sehari-hari. Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, menggunakan produk lokal, dan melestarikan budaya adalah sedikit dari sekian banyak tindakan yang dapat kita lakukan untuk menunjukkan rasa bangga kita sebagai warga negara Indonesia. 


[1]http://arisudev.wordpress.com/2010/12/22/pengertian-dan-pentingnya-globalisasi-bagi-indonesia/
[2]news.detik.com/read/2012/03/06/010003/.../bangga-berindonesia?...